Kudus,SalokuNews. Pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SMA Negeri 1 Jekulo sudah berlangsung  5 hari, mulai Senin (4/8/2025) hingga Jumat (8/8/2025). Program MBG yang diperuntukkan bagi murid-murid kelas X, XI, dan XII menjadi tugas sekaligus tantangan  guru dan tenaga kependidikan (tendik) dalam mendistribusikan makanan tersebut.

Sepintas, pekerjaan mendistribusikan MBG adalah hal yang sangat mudah. Hanya membagi -bagikan makanan kepada murid-murid. Apalagi makanan tersebut sudah dimasukkan dalam tempat berbahan stainless dan ditali rafia setiap 5 tempat makanan. Tentu tidak membutuhkan waktu yang lama dan pemikiran yang sulit. Mungkin itu pemikiran sebagian orang yang memandang bahwa distribusi MBG sampai ke tangan murid-murid itu mudah.

Namun dalam prakteknya tidaklah demikian. Pendistribusian MBG di sekolah terkait dengan banyak faktor seperti guru yang bertugas membagi makanan, siswa yang bertugas  mengambil  dan mengembalikan  MBG serta  waktu dan tempat pelaksanaan pengambilan dan pengembalian MBG.  Semua faktor tersebut terkait dengan proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah.  Siapapun pasti akan sepakat bahwa kehadiran MBG di sekolah tidak mengganggu kegiatan KBM itu sendiri.

Bagaimana caranya agar KBM tidak terganggu dengan  pelaksanaan program MBG. Tentu setiap sekolah yang  murid-muridnya mendapatkan MBG memiliki strategi  dalam mensukseskan progam tersebut.  Tidak ketinggalan juga SMA Negeri 1 Jekulo. Dengan jumlah 1.061 murid, SMA Negeri 1 Jekulo berusaha untuk selalu mencari cara distribusi MBG agar dapat berjalan lancar, cepat, dan efektif.

Distribusi MBG SMA Negeri 1 Jekulo  Kamis (7/8/2025)

Salah satu  caranya dengan   menerapkan  budaya antri terhadap murid-murid yang bertugas mengambil atau mengembalikan tempat MBG. Budaya antri diartikan sebagai  kebiasaan individu untuk mendapatkan layanan atau akses ke suatu tempat dengan menunggu giliran dan tidak mendahului atau menyela antrian orang lain. Sikap dan perilaku menunggu giliran  mencerminkan nilai-nilai menghargai orang lain, sabar, ketertiban dan kedisiplinan.

Budaya antri mengambil dan mengembalikan tempat MBG berarti murud-murid menunggu atrian, tidak mendahului atau menyela antrian murid lain  saat mengambil dan mengembalikan tempat MBG.

Murid-murid  tidak mau mendahului atau menyela orang lain yang sudah terlebih dahulu antri, karena menghargai kehadiran  orang lain yang sudah ada sebelum dirinya datang.

Dalam antrian  tersebut juga termuat nilai nilai kesabaran. Semakin panjang antriannya, maka semakin besar dibutuhkan kesabaran. Orang Jawa menyebutnya dengan ora grusa-grusu (tidak tergesa-gesa).

Murid-murid yang tidak mau menyela atau mendahului orang lain dan sabar menunggu antrian mengambil dan mengembalikan tempat MBG menunjukkan mereka bisa tertib dalam melaksanakan tugasnya.

Perilaku tidak mendahului dan menyela orang lain, sabar  dalam antrian, tertib melaksanakan tugas mengambil dan mengembalikan tempat MBG menunjukkan mereka memiliki kedisiplinan yang tinggi.

Nilai menghargai orang lain, sabar, tertib, dan disiplin  saat bertugas mengambil dan mengembalikan tempat MBG menunjukkan mereka dapat menerapkan budaya  antri. Nilai menghargai orang lain, sabar, tertib, dan disiplin  inilah yang patut diteladani murid-murid lain.

Distribusi MBG SMA Negeri 1 Jekulo Jumat (8/8/2025)

Tugas guru selanjutnya selalu mengingatkan murid-muridnya untuk menerapkan budaya antri yang memiliki nilai-nilai yang tinggi dalam penerapannya.

Pemandangan menarik saat melihat antrian murid-murid untuk mengambill tempat MBG yang sudah disiapkan guru piket. Mereka dengan sabar, tertib, dan disiplin menunggu antrian dipanggil. Pemandangan serupa juga terjadi  saat mereka mengembalikan tempat MBG. Mereka antri dengan sabar dan tertib mengembalikan tempat MBG kepada petugas piket. Bahkan ada diantara mereka saat menyerahkan tempat MBG sampai diantarkan ke mobil pengangkut tempat MBG.

Berfikir Komputasional

Waka Sarpras SMA Negeri 1 Jekulo Mansyur Artha  Qomarudin, S.Pd berpendapat berfikir komputasional dapat dipergunakan untuk menyelesaikan  permasalahan diberbagai bidang kehidupan, termasuk permasalahan pembelajaran mendalam dan pendistribusian MBG.

Dalam arahannya pada Apel pagi yang diikuti guru dan tendik SMA Negeri 1 Jekulo pada Selasa (5/8/2025),  Mansyur menjelaskan berfikir komputasional merupakan  suatu pendekatan untuk memecahkan masalah dengan cara sistematis dan logis. ”Kita tidak hanya berfikir apa yang terjadi. Tetapi berfikir jauh,  apa yang terjadi ke belakang tentang suatu proses pengetahuan,” kata Mansyur

Terinspirasi dari konsep dan teknik ilmu komputer,  dalam perkembangannya,  pendekatan komputasional dapat diterapkan diberbagai bidang kehidupan, termasuk penyelesaian permasalahan MBG. ”Seperti dalam MBG. Hari pertama, kalau belum terlaksana dengan baik, maka perlu kita cari kekurangannya. Apa yang terjadi. Pola apa yang muncul sehingga terjadi solusi yang baik untuk MGB,” papar Mansyur.

Waka Sarpras SMA Negeri 1 Jekulo Mansyur Artha Qomarudin, S.Pd memberikan pengarahan pada Apel pagi Selasa (5/8/2025)

Jika solusi terpecahkan dan ditindaklanjuti maka, kegiatan MBG berjalan lancar dan  kegiatan shalat dhuhur berjamaah dapat berjalan dengan baik. ”Makan MBG lancar, terlaksana shalat , shalat dhuhur berjamah dapat dilakukan. Tercapai benefit manfaat,” lanjut Mansyur.

Secara umum kata Mansyur, pelaksanaan MBG di sekolahnya berjalan dengan baik. Untuk itu dalam pendistribusiannya, beberapa guru bertugas piket guna menjaga pos-pos pendistribusian, sehingga MBG berjalan lancar.

Mansyur juga sependapat bahwa kegiatan MBG merupakan milik bersama warga Saloku, dan bukan hanya Waka Humas dan Waka Kesiswaan. Implikasinya semua warga Saloku membantu menyukseskan program tersebut. ”Kegiatan MBG milik bersama bukan hanya Waka Humas dan Waka Kesiswaan,”  tuturnya.

Kahadiran MBG memberikan manfaat yang banyak bagi murid diantaranya memotivasi agar  mereka  mengkonsumsi makanan yang bergizi.  ”Ada nutrisi asupan gizi  supaya mereka dapat berfikir optimal. Pertumbuhan dan perkembangannya juga optimal,” tambah Mansyur. (UT/KT)