Kudus, SalokuNews. Satu Agustus 2025 menjadi tanggal bersejarah bagi Wahyudin, S,Pd, guru olah raga SMA Negeri 1 Jekulo.  Bagaimana tidak, di tanggal bulan dan tahun tersebut  Wahyudin menerima SK SPMT di SLB Negeri Cilacap. SK yang ditunggu-tunggu sejak setahun lalu merupakan jawaban dari doa-doanya untuk bisa kembali mengajar di sekolah yang lokasinya dekat dengan keluarganya.

Alhamdulillah, 1 Agustus 2025 surat perintah tugas turun, untuk melaksanakan tugas di sekolah baru. Saya tidak menyangka bisa berkumpul kembali dengan keluarga. Ahamdulillah  tanggal 1 Agustus  ini bisa terealisasi bisa berkumpul dengan keluarga karena di tempat kerja baru di SLB Negeri Cilacap,” kata Wahyudin dengan haru.

Dengan rasa haru, bapak dua anak ini mengenang perjalanan karirnya menjadi guru. Kemudahan dan hambatan silih berganti  menyelimuti perjalanannya sebagai pendidik, pekerjaan yang tidak pernah terfikirkan dalam benaknya ketika masih anak-anak. Maklum saat itu, kebanyakan orang-orang di desanya bekerja di perusahaan-perusahaan.

Wahyudin lahir dari pasangan suami istri Bapak Sukirman dan Ibu Narti, 44 tahun yang lalu  di Desa Karanganyar, Kecamatan Leksono, Kabupaten Wonosobo. Dari bangku sekolah TK Pertiwi di Desa Karanganyar, Wahyudin kemudian sekolah di SDN Karanganyar dari tahun 1989-1996.  Tahun 1997-1999 Wahyudin melanjutkan sekolah di SMPN 2 Leksono Kabupaten Wonosobo dan 2000-2003 hijrah ke Purwokerto sekolah di SMK 752.

Lulus dari SMK 752 Purwokerto, Wahyudin mengikuti kursus elektro selama 6 bulan. Kursus tersebut sesuai dengan jurusan yang dipilih sewaktu di SMK. Tidak membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan pekerjaan. Terbukti selesai kursus elektro, suami dari Uci Isnaeni, S.Pd ini melamar kerja di PT Sanex Agung Motor Indonesia cabang  Purwokerto dan langsung diterima dengan status uji coba training. Bekerja sebagai  quality control (QC), Wahyudin memeriksa sepeda motor yang akan dikirim ke konsumen atau dealer sepeda motor.

Doa keberuntungan menyertai langkah kerjanya.  Setelah 6 bulan menjalani training, status kerja Wahyudin naik sebagai karyawan di perusahan yang sama. ”Setelah training 6 bulan, alhamdulillah diterima sebagai karyawan,  dari tahun 2004 akhir dan berakhir mengundurkan diri tahun 2009,” jelas Wahyudin.

Tahun 2009 dengan pertimbangan yang matang,  Wahyudin resign  dari pekarjaan yang telah digeluti selama 5 tahun. Alasan utamanya agar dirinya lebih fokus pada kegiatan lain yang diharapkan dapat merubah kehidupannya.

Rupanya saat masih bekerja di PT Sanex,  tahun 2006 Wahyudin kuliah di Universitas Tunas Pembangunan Surakarta  (UTPS) dengan mengambil jurusan pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan (PJOK). ”Kantor saya kalau Sabtu libur. Jumat kerja hanya sampai jam 2 siang.  Jadi ada kesempatan untuk kuliah. Karena kuliah saya PJOK, maka saya terjun ya di dunia pendidikan,” papar Wahyudin.

Alasannya mengambil jurusan PJOK karena saat itu PJOK satu-satunya jurusan di kampusnya yang ada  di Purwokerto. ”Waktu itu PJOK jurusan favorit.  Satu-satunya jurusan  di UTPS yang ada di daerah Purwokerto,” tandasnya.

Wahyudin bersyukur, kantor tempat kerjanya memberikan kesempatan dirinya untuk kuliah. ”Saat itu saya masih diberi kesepatan perusahan untuk mengikuti kegiatan belajar selama saya masih kuliah,” kata Wahyudin.

Selepas resign, Wahyudin lebih fokus pada kuliahnya agar cepat lulus. Tahun 2009 doanya terkabul, Wahyudin wisuda dengan menyandang  gelar sarjana pendidikan (S.Pd). Sebenarnya sebelum lulus kuliah, dirinya sudah menjadi guru, namun hanya sebentar. Barulah setelah lulus kuliah, dia memilih mengajar di SMK Karya Teknologi  (Kartek) Jati Lawang di Kecamatan Jati Lawang Kabupaten Banyumas. Pertimbangan memilih SMK Kartek berdasarkan hasil musyawarah  dengan keluarga. Maklum saat itu semua lamaran kerjanya dari  jenjang SMP, MTs, SMA, dan SMK diterima.

Ketika tahun 2021 pemerintah mengadakan seleksi penerimaan PPPK  jabatan fungsional guru, Wahyudin mengikuti tes tersebut. Lagi-lagi dewa keberuntungan berpihak padanya. Wahyudin lolos seleksi tesebut dengan status P1. Namun sekolah yang dituju ternyata sudah diisi oleh guru PPPK lainnya. Barulah tahun 2024, dirinya mendapat tempat mengajar  di SMA Negeri 1 Jekulo. Setelah kepastian mendapatkan tempat mengajar, Wahyudin mengundurkan diri dari SMK Kartek.

Wahyudin, S.Pd bersama bapak ibu guru SMA Negeri 1 Jekulo

Meskipun senang karena sudah mendapatkan SK PPPK sebagai guru, penempatan dirinya mengajar di SMA Negeri 1 Jekulo per  (1/5/2024) menyisakan masalah. Ternyata jarak antara tempat mengajar dengan tempat tinggalnya sangat  jauh. Jarak Kabupaten Kudus dengan Banyumas  sekitar  293, 34  km menjadi kendala utama. ”Tidak mungkin saya mengajar,  berangkat dari rumah di Banyumas ke tempat mengajar SMA Jekulo Kudus ini setiap hari naik motor. Jaraknya sangat jauh,” aku Wahyudin.

Perasaan senang karena mendapat tempat mengajar dan sedih lantaran jaraknya jauh dari tepat tinggalnya bercampur  menjadi satu. Setelah berusaha, berdoa dan menunggu setahun lebih, akhirnya teralisasi. Berdasarkan kebijakan relokasi  PPPK untuk guru yang jauh domisili, kurang jam atau tidak linier, Wahyudin akhirnya mendapat kesempatan pindah tugas  dari Kudus ke Cilacap dengan pertimbangan jarak tempat mengajar dengan tempat tinggal keluarganya  yang cukup jauh.

Selama 1 tahun 2 bulan (1/2/2024 sampai 1/8/2025) berstatus guru PPPK, Wahyudin terpisah kehidupannya dengan istri yang juga guru SMA Ma’arif Kemranjen dan kedua anaknya Azka Sabiqul Aqli murid kelas 2 SMP dan Astalifa murid kelas 2 MIN.

Saloku menjadi saksi atas keberadaannya selama 1 tahun 2 bulan. Dengan suara terbata-bata Wahudin mengubah suasana di ruang rapat dinas SMA Negeri 1 Jekulo yang tadinya ceria menjadi hening dan haru pilu.  Saat memberikan sambutan pelepasan dirinya di rapat tersebut pada Kamis (31/7/2025), Wahyudin menceritakan awal ke Saloku dengan rasa gembira bercampur sedih karena diterima menjadi ASN PPPK dan harus jauh dari keluarga.

Bekerja dengan jauh dari keluarga, istri dan anak-anaknya menjadi pelajaran berharga bagi dirinya. Dengan nada bicara yang tersendat – sendat, dari mulut Wahyudin tak mampu membendung air mata karena di  Saloku (SMA Negeri 1 Jekulo Kudus), Wahyudin mendapat pengetahuan dan  teman baru seperti layaknya saudara.

Pengalaman hidup jauh dari keluarga  mengajarkan Wahyudin yang hobi  olahraga bola voli ini untuk selalu bersyukur atas apa yang diberikan Allah kepada dirinya. Hal itu juga yang dipesankan kepada teman-temannya, guru dan  tenaga kependidikan (tendik) SMA Negeri 1 Jekulo yang  lokasi tempat kerja dekat dengan keluarga. “Kita kerja untuk siapa lagi kalau tidak untuk  keluarga. Bagi bapak-bapak cintai istri, karena jauh dari istri tiada guna. Memang kalau kita dekat dengan istri itu rasanya biasa, tetapi kalau sudah jauh dari istri,  baru bisa merasakan betapa pentingnya seorang istri. Maka kita harus saling mencintai, “pesan Wahyudin.

Perjalanan hidup, pesan dan kesan dari Wahyudin mengajarkan kepada kita untuk selalu bersyukur. Bekerja dengan  dekat keluarga adalah anugerah. Selamat Bapak Wahyudin dapat berkumpul kembali dengan keluarga tercinta dan semoga sukses mengabdi di sekolah yang baru.(UT, KT)