
Kudus,SalokuNews. Guru dan tenaga kependidikan (Tendik) SMA Negeri 1 Jekulo melaksanakan apel pagi pada hari Kamis (24/7/2025) . Apel pagi dilaksanakan di halaman depan SMA Negeri 1 Jekulo pukul 06.45 – 07.00 WIB sebelum dimulai kegiatan belajar mengajar (KBM). Terlihat barisan balutan kebaya dengan rapi, menghiasai halaman SMA Negeri 1 Jekulo.
Kegiatan Apel diawali dengan membaca do’a Asmaul Husna yang setiap hari dikumandangkan sebelum KBM. Tujuan berdoa agar kegiatan pada hari tersebut berjalan dengan lancer dan membawa manfaat serta barokah bagi kita dan orang lain.
Guru dan tendik SMA Negeri 1 Jekulo membaca do’a Asmaul Husna
Setelah berdoa dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya oleh seluruh warga Saloku. Saat itu semua aktivitasnya terhenti, untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Suara musik instrumental lagu ciptaan WR Supratman menambah semangat warga Saloku dalam menyanyikan lagu Indonesia Raya. Suara warga Saloku dalam menyanyi menunjukkan kebanggaannya terhadap lagu kebangsaan dan bendera merah putih. Nyanyian mereka mampu memecahkan suasana hening di lingkungan SMA Negeri 1 Jekulo.
Guru dan tendik SMA Negeri 1 Jekulo menyanyikan lagu Indonesia Raya
Pembina apel Wahyu Triambodo, S.Pd dalam pengarahannya, menyampaikan beberapa informasi, seperti mengucapkan kepada semua bapak ibu peserta apel pagi. Kehadiran mereka dalam apel merupakan salah satu wujud kedisiplinan, ketertiban dan bentuk kesadaran akan tanggungjawab ASN pada instansi.
Informasi lain yang disampaikan pembina apel adalah dispen bagi murid-murid yang mengikuti kegiatan Latihan Porprov dan pembimbingan ANBK. Selain itu, setelah apel dilakukan senam anak Indonesia hebat (SAIH ). Dalam kegiatan SAIH, setiap wali kelas mendampingi murid-murid.
Apel ditutup dengan berdoa dan bersalaman sebagai rasa keakraban, kekeluargaan diantara warga Saloku.
Warisan Budaya Bangsa
Pemakaian kebaya bagi guru perempuan yang dikenakan pada hari Kamis sesuai dengan Surat Edaran (SE) No 065/00160031/2019 Gubernur Jawa Tengah bahwa pegawai dan karyawan mengenakan pakaian adat Jawa pada Kamis pekan pertama dan ketiga. Pada Kamis pekan terakhir, mereka mengenakan apakain adat nasional. Merjujuk SE tersebut, maka pakaian adat guru dan tendik perempuan SMANegeri 1 Jekulo pada Kamis minggu 1 dan 3 pakaian adat adalah kebaya. Sementara pakaian guru dan tendik laki-laki bervariasi seperti modifikasi dari surjan dan beskap.
Pemakaian kebaya oleh guru dan tendik SMA Negeri 1 Jekulo pada apel pagi hari Kamis (24/7/2025) bertepatan dengan peringatan hari Kebaya Nasional 2025 yang peringatannya setiap tanggal 24 Juli. Pemakaian kebaya oleh guru dan tendik perempuan SMA Negeri 1 Jekulo merupakan tonggak penting dalam upaya pelestarian kebaya sebagai warisan budaya bangsa.
Hal itu mengandung nilai-nilai positif karena menjadi salah satu upaya dalam melestarikan budaya daerah sekaligus memperkenalkan kepada murid-murid tentang adat dan tradisi budayanya. Di zaman yang teknologinya semakin canggih perlu diimbangi dengan kearifan lokal agar tetap terpelihara keeksistensinya.
Pemakaian pakaian adat mencerminkan sikap disiplin, ketertiban, tanggung jawab, dan loyalitas guru dan tendik SMA Negeri 1 Jekulo sebagai aparatur sipil negara (ASN) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provisi Jawa Tengah. Kegiatan ini mencerminkan sikap disiplin, tertib, tanggungjawab serta loyalitas kita sebagai Aparatur Sipil Negara(ASN).
Guru Bahasa Indonesia, Armiyati, S.Pd mengaku setuju dengan kebijakan pemerintah Jawa Tengah bahwa ASN di lingkungan kerjanya menggunakan kebaya pada hari Kamis . “Secara pribadi setuju. Sebagai warga negara yang baik, khususnya saya selaku orang Jawa, Jawa Tengah. Karena tujuan pemerintah Jawa Tengah untuk melestarikan budaya Jawa,” jelas Armiyati
Guru Bahasa Indonesia, Armiyati, S.Pd
Hanya saja, pemakaian kebaya dari pagi sampai sore, sesuai jam kerja ASN, membuat kurang leluasa melakukan aktivitas pekerjaan. “Ke sekolah naik motor, membuat agak riskan,” kata Armiyati.
Armiyati mengaku tidak ada kendala mengajar di kelas dengan memakai kebaya. Saat perasaan pakewuh muncul, berusaha ditepis dan enjoy serta percaya diri dihadapan murid. “Dihadapan anak-anak saya pede saja. Tak buat enjoy,” aku Armiyati.
Guru Geografi Amita Asih Ardiyanti, S.Pd juga setuju mengenakan kebaya setiap hari Kamis. Karena kebaya merupakan salah satu budaya Jawa dan bagian dari budaya nasional yang perlu dilestarikan. ”Menurut saya kebaya yang dikenakan setiap hari Kamis, saya setuju dan bangga bisa memakainya. Dengan menggunakan kebaya, kita turut serta dalam melestarikan budaya Indonesia terutama budaya Jawa yang bernilai mulia dan tinggi,” kata Mita.
Guru Geografi Amita Asih Ardiyanti, S.Pd
Pakaian kebaya lanjut Mita juga menjadi simbol dan identitas perempuan Indonesia, terutama perempuan Jawa. Kebaya merupakan pakaian adat perempuan Jawa. Oleh karena itu pemakaian kebaya juga penting bagi perempuan Indonesia, khusus perempuan Jawa. ”Kebaya menjadi ciri khas pakaian terutama orang Jawa. Sekarang ini ada kebaya dengan berbagai variasinya,” jelas Mita.
Pemakaian baju adat pada hari Kamis membuat guru perempuan saat mengajar juga memakai kebaya. ” Untuk mengajar di kelas dan keseharian, saya tidak masalah. Saya berusaha membuat kenyamanan dengan memakai kebaya,” kata Mita.
Menurut Mita, dengan memakai kebaya saat mengajar di kelas merupakan cara yang efektif untuk mengenalkan pakaian adat Jawa kepada murid-murid. ”Di kelas sambil memakai kebaya, saya kenalkan ke siswa, ini kebaya. Biar mereka tahu. Kalau mereka sudah tahu, maka suatu saat mereka bisa mengenakan pakaian jawa pada even-even tertentu,” imbuh Mita. (UT/KT)