

Pembina Upacara Ahdi Muhtaromi memberikan amanat kepada peserta upacara tentang kedisiplinan sekolah
Perilaku siswa saat ini harus dapat dijadikan contoh karena merupakan pencerminan perilaku bangsa di masa depan. Untuk itu mendisiplinkan siswa harus terus dilakukan agar terbentuk perilaku siswa sesuai karakter bangsa Indonesia yang sudah dibangun jauh sebelum Indonesia merdeka. Hal tersebut dikemukakan Ahdi Muhtaromi, S.Pd. usai menjadi pembina upacara Senin, 26 Agustus 2024 di lapangan olahraga SMAN 1 Jekulo Kudus.
Menurut Ahdi, aturan disiplin siswa SMAN 1 Jekulo sebenarnya sudah termuat pada kesepakatan sekolah. Dalam kesepakatan sekolah tertulis bahwa pada hari Senin – Rabu, semua siswa baik siswa laki-laki maupun perempuan mengenakan seragam putih abu-abu : badge OSIS, lokasi, tanda tingkat kelas, badge identitas sekolah, nama (dasar putih, tulisan huruf balok dan warna hitam) dipasang dibaju dan jilbab, dasi abu-abu, sepatu hitam atau sepatu fantovel, kaos kaki putih berlogo SMA 1 Jekulo, ikat pinggang hitam berlogo SMAN 1 Jekulo, lebar celana 19-24 cm dan badge merah putih.

Semua peserta upacara mengikuti upacara dengan tertib
Pada saat upacara bendera hari Senin dan hari-hari besar lainnya, siswa-siswi memakai seragam OSIS lengkap, bertopi, dan memakai seragam sekolah. Siswa-siswi yang pada saat upacara tidak menggunakan seragam sesuai kesepakatan sekolah, maka dilakukan tindakan lebih lanjut. Mereka diingatkan sampai tiga kali. Jika setelah diberi nasehat dan peringatan sampai tiga kali tidak diindahkan, maka pihak sekolah memanggil orang tua siswa untuk memberitahu kondisi anaknya di sekolah. ” Contohnya siswa yang potongan rambutnya tidak sesuai aturan sekolah, maka dia diingatkan. Kalau sudah diingatkan wali kelas dan guru kesiswaan, tetap masih dilanggar, maka wali murid dihadirkan ke sekolah untuk memotong rambut anaknya,” kata Ahdi.
Sejauh ini hal tersebut tidak terjadi. Karena wali kelas dan guru BK secara intensif selalu mengingatkan siswa laki-laki untuk memotong rambutnya sesuai aturan sekolah.
Sementara siswa yang terlambat sampai tiga kali lanjut Ahdi, maka sekolah akan memanggil orang tuanya ke sekolah. Dalam kaitan ini guru BK bekerja sama dengan wali kelas yang akan menangani tindak lanjut pemanggilan orang tua siswa tersebut.
Siswa perempuan yang tidak memakai ikat pinggang dengan alasan malas untuk menggunakan pakaian lengkap setelah pergantian jam pelajaran olah raga. Guna mendisiplinkan siswa perempuan, sesuai kesepakatan sekolah siswa yang bersangkutan harus membeli ikat pinggang di koperasi sekolah.
Hal tersebut juga berlaku pada pemakaian ciput (dalaman kerudung). Walaupun memiliki ciput, jika tidak dipakai, maka siswa yang bersangkutan harus membeli ciput di koperasi sekolah. ”Ini salah satu cara supaya siswa perempuan disiplin memakai seragam sekolah,” tandas Ahdi.
Pada musim kemarau separti sekarang, guru pengampu mata pelajaran matematika ini menegaskan agar semua siswa menyiram tanaman yang ada di masing-masing taman depan kelasnya. Hal ini sesuai dengan kesepakatan sekolah bahwa siswa wajib merawat taman kelas masing-masing. ”Musim kemarau, taman-taman yang di depan kelas harus disirami oleh siswa yang piket pada hari itu,” jelasnya.